Sejarah Sniper di Masa Perang Dunia II (1939 – 1945)
Perang Dunia II adalah perang
besar yang paling banyak menghasilkan rekor-rekor sniper yang
spektakuler dan pastinya tak akan bisa terpecahkan lagi pada masa kini.
Dari 54 orang top snipers di Perang Dunia II yang tercatat dalam
sejarah, 49 orang dari mereka berhasil menembak lebih dari 100 orang
tentara musuh dan 6 orang diantaranya adalah wanita.
Masih banyak top sniper dari
berbagai negara yang tidak pernah dicatat dalam sejarah Perang Dunia II,
karena umumnya kegiatan para snipers termasuk dalam kategori rahasia
militer (kecuali bila untuk kepentingan propaganda), ditambah lagi oleh
banyaknya dokumen-dokumen yang hilang, musnah karena perang dan rusak
dimakan usia.
Selama puluhan tahun para
pencinta sejarah militer dan para penggemar senjata bersusah payah
mengumpulkan dan memverifikasi ulang berbagai dokumen, data-data dan
cerita mengenai para top snipers.
![]() |
Simo Hayha, sniper asal Finlandia |
Walaupun Finlandia
memegang rekor tertinggi sniper dunia, daftar top snipers Perang Dunia
II didominasi oleh para sniper Rusia. Ini merupakan bukti bahwa
pelatihan, organisasi, taktik dan strategi untuk para sniper Rusia lebih
maju dari negara-negara lain saat itu.
Dalam Perang Dunia ke 2,
perlombaan teknologi senjata berlangsung dengan sangat cepat, dimulai
dengan ditemukannya radar, artileri roket, pesawat jet, bazooka, senapan
serbu, peluru kendali dan lain-lain yang diakhiri dengan bom atom.
Senapan sniper juga berkembang
dengan pesat, dimulai dengan Rusia yang mengeluarkan senapan sniper semi
automatic pertama didunia Tokarev SVT38 (kemudian digantikan SVT40).
Jerman segera mengikutinya dengan menjiplak Tokarev SVT40 menjadi
senapan semi automatic Gewehr 41 (Walther) yang kemudian digantikan
Gewehr 43 (G43) buatan Walther. AD Amerika pun tak mau ketinggalan dalam
perlombaan senapan sniper ini dengan mengeluarkan senapan Garrand M1C
dan M1D, sedangkan US Marine Corps yang lebih konservatif tetap
menggunakan senapan sniper bolt action Springfield M1903.
Sementara itu Inggris juga
bersikap konservatif dan menganggap senapan semi automatic kurang akurat
dan handal untuk dijadikan senapan sniper. Sampai akhir perang,
Angkatan Bersenjata Inggris tetap setia menggunakan senapan sniper bolt
action L42A1 yang dibuat berdasarkan senapan Lee Enfield Mk.IV
![]() |
L42A1, senjata andalan AB Inggris |
Senapan semi automatic
memungkinkan sniper menembak lebih dari 1 sasaran dengan cepat; bahkan
bila tembakan pertama meleset, ia masih punya kesempatan berikutnya
untuk menembak musuh dengan cepat. Tetapi karena teknologinya yang belum
matang, senapan sniper semi automatic (saat itu) masih punya banyak
kekurangan a.l. lebih berat, mahal, rumit, kurang handal, sering macet
dan kurang akurat untuk jarak diatas 500 m.
![]() |
Teleskop dgn pembesaran 4X |
Pada bulan-bulan
terakhir Perang Dunia ke 2, Jerman juga bereksprimen membuat senapan
serbu (assault gun) pertama Strumgewehr 44 (Haenel) yang diberi
telescope untuk sniper jarak pendek (dibawah 300 m). Selain senapan,
teropong alat bidik (telescope) pun berkembang kekuatan pembesarannya,
dimulai dari 1,5X kemudian 3,5X, 4X dan terakhir 6X .
Pada bulan-bulan terakhir Perang
Dunia ke 2, Jerman menciptakan teropong malam infra merah pertama
didunia. Telescope infra merah itu masih harus dibantu dengan lampu
sorot infra merah yang dipasang pada senapan serbu Strumgewehr 44 (Stg
44) buatan Haenel. Oleh Jerman sistim ini diberi nama “Vampir”; walaupun
jarak pandangnya masih belum jauh (+150 m), sistem Vampir ini memungkin
sniper mereka untuk menembak musuh dengan tepat dikegelapan malam.